Inilah 5 Kebiasaan Organisasi Ketika Menerapkan Teknologi Artificial Intelligence Agar Berhasil

 

Penulis: Kodrat Wahyudi

 

Hampir setengah dari CIO mengatakan saat ini mereka mulai berpikir untuk menerapkan Artificial Intelligence (AI) atau berniat untuk melakukannya dalam 12 bulan ke depan. Tetapi bagaimana menjadikan AI sebagai kompetensi inti TI masih belum diketahui oleh sebagian besar organisasi. Dewan direksi, CEO, dan customer ingin menggunakan AI untuk mendorong peningkatan yang signifikan dalam pengalaman customer dan para karyawan.

 

Maka dari itu, perusahaan dan organisasi perlu untuk mempromosikan kebiasaan positif dalam mendapatkan nilai terbaik dari teknologi dan menemukan cara untuk membuat Artificial Intelligence menjadi lebih umum. 

 

Kebiasaan pertama: Gunakan tim AI dengan “mix role” untuk setiap proyek AI.

Organisasi yang memiliki efektivitas tertinggi dalam menjadikan AI sebagai bagian integral dari strategi bisnis menggunakan tim AI “mix role” untuk semua inisiatif AI. Organisasi-organisasi ini sangat percaya bahwa menyelaraskan Artificial Intelligence  dengan inisiatif bisnis adalah cara untuk memberikan nilai. Keberagaman tim dan bagaimana variasi tersebut diterapkan di semua inisiatif adalah kuncinya. 

 

Kebiasaan Kedua: Investasikan secara bervariasi untuk mix role tersebut (latih anggota jika perlu).

Organisasi di mana Artificial Intelligence  memiliki “nilai signifikan” dan memiliki peran 14% lebih banyak di tim AI. Peran seperti peneliti AI dan data scientist paling umum karena AI selalu berasal dari data. Ditambah, hal itu adalah kunci untuk memiliki ketajaman teknis yang dibawa peran tersebut dalam tim AI.

 

Selain itu, peran seperti dari manajer proyek, ahli strategi, perancang aplikasi, dan lain-lain sangat penting untuk keragaman pemikiran dan latar belakang yang dibutuhkan pada jenis pekerjaan ini. Latar belakang dan perspektif yang berbeda tentang AI akan meningkatkan etika AI, pemahaman tentang nilai AI bagi pelanggan, bagaimana AI harus digunakan, dan di mana AI dapat memberikan dampak terbesar. Ini akan memungkinkan tim untuk memberikan nilai bisnis yang signifikan.

 

Kebiasaan ketiga: Libatkan top manajemen dalam strategi dan pembiayaan

Organisasi yang menetapkan anggaran AI ke dalam perusahaan di level C hampir dua kali lebih mungkin mencapai maturity level 4. Mengaitkan anggaran dengan dukungan penuh di tingkat perusahaan yang tinggi berarti eksekutif menawarkan pemahaman tentang apa yang dibutuhkan organisasi, jadi tim AI dapat mengatasinya dan dapat menjelaskan nilai AI bagi organisasi. Mereka dapat mengkomunikasikan, pada level C-suite, bagaimana data selaras dengan strategi bisnis dan tujuan perusahaan.

 

Kebiasaan keempat: Terapkan AI dengan target dan secara berkala mengukurnya

Organisasi yang mengukur dampak finansial atau risiko untuk proyek AI lebih mungkin berhasil daripada yang tidak. Mempertimbangan metrik ini secara bijak memungkinkan organisasi untuk menunjukkan bagaimana AI dapat digunakan di seluruh perusahaan dengan menyoroti manfaat dan risikonya di area tertentu. Misalnya, kemampuan untuk menganalisis video atau gambar mungkin dimulai di ranah keamanan, tetapi dengan beberapa kematangan dapat digunakan untuk menganalisis kehadiran “brand” perusahaan atau memahami bagaimana pelanggan bereaksi terhadap produk.

 

Kebiasaan kelima: Batasi jumlah POC

Ini mungkin terdengar berlawanan dengan kebiasaan, tetapi lakukan sesedikit mungkin POC. Dalam beberapa tahun terakhir, salah satu pesan utama yang didengar organisasi seputar AI adalah mencoba segalanya dan melihat apa yang berhasil, lalu fokus pada mematangkan apa yang berhasil. Namun, organisasi sekarang semakin memahami apa yang dapat dilakukan AI untuk mereka dan kapan teknologi harus dihindari.

 

Organisasi yang sekarang mengeksplorasi AI dalam operasional mereka melakukan POC sekitar 20% lebih sedikit daripada organisasi yang hanya berencana untuk menggunakannya. Pendekatan yang disengaja untuk pemilihan dan penerapan POC akan memberikan manfaat yang substansial.

 


 

Penutup

 

Berca Hardayaperkasa juga menjadi partner resmi dari puluhan perusahaan IT terkemuka di Indonesia maupun global seperti, HPE Indonesia, HPI Indonesia, Dell EMC Indonesia, Huawei Indonesia, Lenovo Indonesia, VMWare Indonesia, Veritas Indonesia, Cisco Indonesia, Veaam Indonesia, JDE Indonesia, Hitachi Data System Indonesia, Hitachi Vantara Indonesia, HDS Indonesia, NetApp Indonesia, Oracle Indonesia, Keysight Indonesia, Datacard Indonesia, AWS Indonesia, Fortinet Indonesia, Nutanix Indonesia dan Sophos Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi di sini.